Sabtu, 31 Desember 2011

ISLAM BAGIAN TAK TERPISAH KAN DARI RUSSIA DAN SEJARAH RUSSIA

Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21 - 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Kehidupan Muslim di Rusia saat ini juga kian membaik dibanding masa Komunis dulu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.

SEJARAH
 
Muslim pertama di wilayah Rusia terkini adalah masyarakat Dagestani di (kawasan Derbent) selepas pentaklukan Arab (abad ke-8)[4]. Negeri Muslim yang pertama adalah Volga Bulgaria pada tahun 922. Kaum Tatar mewarisi agama Islam dari negeri itu. Kemudian kebanyakan orang Turki Eropa dan Kaukasia juga menjadi pengikut Islam. Islam di Rusia telah mempunyai kewujudan yang lama, melebarkan ke seawal penaklukan kawasan Volga Tengah pada abad ke-16, yang membawa orang Tatar dan berkenaan Orang Turki di Volga Tengah ke dalam negeri Rusia. Pada abad ke-18 dan ke-19, taklukan Rusia di Caucasus Utara membawa orang-orang Muslim dari kawasan ini-- Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush, dan lain-lain ke dalam negara Rusia.

Kievan Rus juga telah dapat kesempatan untuk memeluk Islam dari misionaris Volga Bulgaria, tetapi orang Slavia Timur menerima agama Kristen.

Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk mencari pekerjaan.

Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801. Satu lagi fenomena yang terjadi adalah gerakan Wäisi.

Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia, "Ислам" (transliteration: Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho Kavkaza) dan "Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti "Ассалам" (Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan.
 
DEMOGRAFI

Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin tengah ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast (kebanyakannya kaum Tatar).

MASJID

Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 4750 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 1600 – 3000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 1000. Di ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi 1 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 7000 masjid di Rusia.


ORGANISASI
 
Menurut data register negara, kini telah tercatat 3345 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil.
Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.

Tiga organisasi Muslim menurut status dewan federal (pusat) adalah:
Dewan Mufti Rusia (berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini memimpin 1,686 komunitas.
Administrasi Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.
Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia dan wilayah Stavropol, dan terdiri dari 830 komunitas.

DINASTI ISLAM PERTAMA DI RUSIA

DINASTI ISLAM TERTUA DI WILAYAH RUSIA ADALAH VOLGA BULGARIA ATAU VOLGA-KAMA BOLGHAR.
Muslim pertama di wilayah Rusia adalah masyarakat Dagestani yang menetap di kawasan Derbent, selepas penaklukan Arab pada abad ke-8 M. Di Rusia, pernah berdiri sejumlah dinasti atau kerajaan Islam.

Dinasti Islam tertua di wilayah Rusia adalah Volga Bulgaria atau Volga-Kama Bolghar. Ini adalah sebuah negara para Bulgar (bangsa Bulgaria) Muslim yang bersejarah. Negara Islam ini berdiri antara abad ke-7 hingga abad ke-13 M, di sekitar pertemuan wilayah Volga dan Sungai Kama di wilayah yang sekarang bernama Rusia.

Salah satu kerajaan (khanate) Islam yang paling lama berkuasa di Rusia adalah Khanate Crimea. Kerajaan tersebut mulai berdiri sejak 1441 M dan jatuh pada 1783 M. Khanate ini pernah berada di bawah dua kekuasaan, yakni kekuasaan Tatar Crimea dan kekuasaan Kekhalifahan Turki Usmani, ketika itu Crimea menjadi wilayah protektorat.

Di Tatarstan, sebuah negara federasi Rusia pada abad ke-15 hingga 16 M juga pernah berdiri sebuah kerajaan Islam bernama Khanate Kazan. Dinasti Islam itu menduduki bekas wilayah Volga Bulgaria, Pemimpin dinasti Islam itu keturunan dari Timur Lenk, penguasa Islam terkemuka di Asia Tengah yang juga masih cucu Jenghis Khan. Khanate Kazan meliputi wilayah Tatarstan, Mari El, Chuvashia, Mordovia, bagian dari Udmurtia, dan Bashkortostan.

Sedangkan di Dagestan, sempat berdiri Avar Khanate sebuah negara Muslim berumur panjang mulai awal abad ke-13 hingga ke-19 M. Kerajaan itu berdiri setelah jatuhnya kerajaan Kristen Sarir pada awal abad ke-12 M. Sejak saat itu, Avar Kaukasia mengalami proses Islamisasi.

 KHANATE KAZAN PUSAT PERADABAN ISLAM DI RUSIA

tema utamaDI BEKAS WILAYAH KERAJAAN ITU, KINI HIDUP SEKITAR DUA JUTA ETNIS TATAR YANG BERAGAMA ISLAM.Tatarstan adalah sebuah negara federasi Rusia. Republik Tatarstan terletak 799 kilometer di sebelah tenggara Moskow, Ibu Kota Rusia. Tatarstan beribu kota Kazan. Sejak dulu, kota itu dikenal sebagai pusat kebudayaan Islam di Negeri Beruang Merah, Rusia, selain Dagestan.Tatarstan dihuni oleh sekitar dua juta etnis Tatar (etnis asli Tatarstan) dan sekitar satu juta etnis Rusia. Di kota ini, nuansa keislamannya sangat kental. Betapa tidak. Di wilayah itu, pada abad ke-15 hingga 16 M pernah berdiri sebuah kerajaan Islam bernama Khanate Kazan.Dinasti Islam itu menduduki bekas wilayah Volga Bulgaria, pemimpin dinasti Islam itu berasal dari keturunan Timur Lenk, penguasa Islam terkemuka di Asia Tengah, yang juga masih cucu Jenghis Khan. Khanate Kazan meliputi wilayah Tatarstan, Mari El, Chuvashia, Mordovia, bagian dari Udmurtia, dan Bashkortostan.Kazan menjadi ibu kota kerajaan itu. Khanate tersebut adalah salah satu negara penerus Golden Horde dan berakhir ketika ditaklukkan oleh Tsardom Rusia. Sepanjang sejarahnya, kerajaan ini rentan terhadap gejolak sipil dan perjuangan untuk takhta. Para khan (raja) diganti 19 kali dalam 115 tahun.Total ada 15 belas raja yang pernah memerintah di kerajaan ini, beberapa di antaranya naik takhta hingga beberapa kali. Khan sering kali dipilih dari Gengizides (kaum keturunan Jenghis Khan. pendiri Kerajaan Mongol ) oleh kaum bangsawan vernakular dan juga oleh para warga.Selama pemerintahan Olug Moxammat dan putranya, Maxmud, pasukan Kazan menyerbu Muscovy dan beberapa tanah jajahannya. Vasily II dari Moskow, yang terlibat dalam Perang Besar Feodal terhadap sepupunya, dikalahkan dalam pertempuran dekat Suzdal dan dipaksa untuk membayar uang tebusan ke Kazan.Pada Juli 1487, Grand Duke Ivan III dari Moskow menduduki Kazan dan menempatkan pemimpin boneka, Moxammadamin, pada takhta Kerajaan Kazan. Setelah itu, Kerajaan Kazan menjadi protektorat Moskow. Pada masa itu, pedagang dari Rusia diizinkan berdagang secara bebas di seluruh wilayahnya.Kekaisaran Turki Usman dan Khanate Crimea mencoba mengeksploitasi keluhan penduduk untuk memprovokasi pemberontakan (dalam 1496, 1500, dan 1505), namun gagal. Hingga akhirnya, pada 1521, Kazan terlepas dari dominasi Moskow. Kerajaan itu membuat perjanjian untuk saling membantu dengan Kerajaan Astrakhan, Kerajaan Krimea, dan Horde Nogay.Pasukan gabungan Raja Muhamed Giray dan para sekutu dari Crimea kemudian menyerang Muscovy dan menangkap lebih dari 150 ribu budak. Catatan kronik Rusia mengungkapkan, sedikitnya terjadi sekitar 40 serangan Kazan ke wilayah Rusia (terutama daerah Nizhniy Novgorod, Murom, Vyatka, Vladimir, Kostroma, Galich) pada paruh pertama abad ke-16 M.Penguatan Crimea menimbulkan perasaan tidak suka pada elemenelemen pro-Moskow dari pihak Kerajaan Kazan. Beberapa bangsawan memicu pemberontakan pada 1545. Hasilnya, Safa Giray dilengserkan dari takhta. Seorang pro-Moskow mengambil alih takhta Kerajaan Kazan. Setelah itu, Moskow mengatur beberapa ekspedisi...

SEMAKIN BANYAK PEMUDA RUSIA DAN EROPA MEMELUK ISLAM

Seorang pakar dari apa yang disebut “Pusat Studi Islam Kaukakus Utara”, Ruslan Gereyev menyatakan kekhawatiran dari pengaruh Islam sebenarnya di dunia dalam sebuah wawancara dengan agen berita FSB Rusia, Regnum.
“Islam maju lebih cepat di negara-negara yang mayoritas non-Muslim.  Mengapa demikian? Tidak ada penelitian pada subjek ini, masalah belum dipelajari dengan seksama.  Lihatlah serangan ‘teroris’.  Setiap hari semakin banyak etnis Rusia, mantan penganut Kristen Ortodoks, di antara para penyerang.

Ekspresi “Jamaat Russia” telah muncul di Kaukakus Utara.  Saya baru menyiapkan publikasi tentang “Jamaat Russia” untuk sebuah koran Belgia-mereka memiliki masalah yang sama dengan kita.  Ini adalah sebuah kecenderungan di seluruh dunia, proses ini berkembang jauh lebih cepat dan lebih luas, bukan hanya karena migrasi intra-Eropa.

Proses Islamisasi di seluruh dunia sangat intensif, jumlah Muslim baru meningkat, terutama di Inggris dan kontinental Eropa.  Fakta ini, dikonfirmasikan oleh warga Inggris dan Eropa.  Ironisnya, Islam menang lebih cepat di negara-negara Kristen.

Bagian ritual Islam Wahabi, kesederhanaan, merupakan faktor utama dalam menarik pemuda, tetapi yang paling penting adalah Monotheisme atau Tauhid, yang paling menarik.

Hal ini sangat aneh bila hanya sedikit orang yang mampu membuat perlawanan bersenjata terhadap pasukan polisi reguler selama hampir sepanjang hari.  Perlu dicatat kita berbicara mengenai pemuda laki-laki dan perempuan yang tidak melawani di militer, mereka kebanyakan mahasiswa dan anak-anak sekolah umum.  Dan yang paling penting, dimana hasil perang melawan mereka?  Mereka tidak terlihat baik sekarang atau untuk masa depan.

Dari sudut pandang pandangan Islam keras, atau para pendukung Wahabi, masa depan kegiatan teroris (Jihad-red) milik taktik mati syahid.  Anda dapat melihat video tentang kematian Mujahid yang meninggalkan pesan kepada istrinya, adik, saudara dan lain-lain, meminta membesarkan anak-anak mereka dalam Syariah dan meminta kakak atau adiknya menikah dengan seorang Muslim sejati saja.

Mengenai hukuman, bagaimana seseorang yang tengah mempersiapkan kematian, untuk mati syahid bisa dihukum? Dalam hal ini, ia tahu tidak takut dan ia bahkan menganggapnya sebagai suatu kehormatan ketika dipilih untuk kematian tersebut.

Di sisi lain, kejahatan manusia yang paling kotor dan menyedihkan yang datang di sini dari Rusia.

Kematian yang tinggi akibat alkohol, obat-obatan dan pembunuhan dalam negeri melampaui semua tingkat yang dapat diterima, moralitas benar-benar gagal.  Jika terus seperti itu, kita perlu bukan terorisme, kita menghancurkan diri sendiri.

Tidak ada ideologi sekuler yang dapat menggantikan agama, itu kemungkinan sederhana.  Dan tidak ada kekuatan sebanding untuk melakukan itu semua-baik di alam nyata atau dalam kedalaman kesadaran manusia.

Kaum radikal menganggap globalisasi sebagai sekutu untuk keberhasilan mereka.  Dari sudut pandang mereka, globalisasi akan menghapus semua agama lain, dan pada waktunya keruntuhan agama ini tidak dapat dibatalkan.” 


KOTA SANTRI KAZAN,RUSIA BAHAS PESANTREN GONTOR


Prinsip pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur,  dibahas dalam dialog interaktif di kota santri Kazan, Rusia.

"Counsellor" KBRI Moskow M. Aji Surya dalam keterangannya yang diterima ANTARA News di London, Rabu mengatakan, dialog itu menghadirkan lima pembicara dari Indonesia, yakni Prof Dr Komarudin Hidayat (UIN Jakarta), Dr KH Syukri Zarkasyi (pimpinan Gontor), Prof Dr Philip K Wijaya (wakil dari Walubi), Trias Kuncahyono (dari media) dan Dr Abdul Djamil dari Kemenag.

Pada dialog bertajuk "Building Harmony in Diversity" tersebut mengemukan bahwa tiga pilar pendidikan yang dipakai Pondok Modern Gontor menjadi salah bahan diskusi hangat, yakni pendidikan keagamaan (Tetuhanan), kemanusiaan dan kebangsaan.

Pertautan antara ketiganya tidak bisa dipisahkan bila menginginkan adanya keberhasilan pembangunan mental yang mampu menjaga kerukunan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbagai teori sosiologi yang mengemuka, unsur pendidikan merupakan hal yang mutlak dan tidak bisa dinafikan. Pendidikan inilah bagian penting yang akan membangun kepribadian manusia muda sebelum mereka benar-benar terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut pimpinan Pondok Modern Gontor Syukri Zarkasyi, setiap manusia terlahir di Indonesia dipastikan memiliki agama, menjadi seorang manusia dan sekaligus menjadi bagian dari sebuah bangsa.

"Gontor sebagai lembaga pesantren dipastikan mengajarkan agama secara intens, menerapkan sistem pendidikan berbasis asrama agar santri bisa bermasyarakat, serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam arti yang luas," katanya.

Apabila tiga hal tersebut ditangani secara serius, katanya, maka setiap individu akan memiliki potensi iman yang baik, mengerti pluralisme kehidupan serta mampu bergaul di masyarakat dengan mengedekankan prinsip keharmonisan.

"Nilai yang diajarkan di Gontor tersebut juga berlaku secara universal," ujarnya.

Saat ditanya bagaimana membumikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan anak didik, Syukri Zarkasyi menggarisbawahi, penanaman nilai yang efektif bukan hanya melalui buku dan pelajaran di kelas, namun melalui berbagai aktivitas yang didesain untuk anak didik.

Dubes RI di Moskow Hamid Awaludin menyebutkan, selain masalah pendidikan, berbagai isu lain juga dibahas dalam dialog tersebut seperti soal kekerasan terhadap kemanusiaan, menjaga pluralisme di tengah maraknya kebebasan daerah dan peran pers dalam alam demokrasi.

Dari Rusia, selain agamawan, kalangan akademisi juga ikut menjadi pembicara. Isu yang dibahas merupakan hal yang relevan bagi Indonesia maupun Rusia.

Menurut penanggung jawab "interfaith" dari KBRI Moskow M Aji Surya, kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya setelah yang pertama dilaksanakan di tahun 2009 di Moskow. Selain di Kazan, kegiatan serupa juga diadakan di universitas MGIMO di Moskow.

2050 RUSIA BAKAL JADI NEGARA ISLAM

Paska bubarnya Uni Soviet, kebebasan beragama mulai bergeliat kembali. Salah satu agama yang berkembang pesat di negara tersebut adalah islam. Data terakhir mencatat populasi muslim negara itu mencapai 25 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di benua Eropa.

Komunitas muslim yang selama era Soviet tertindas dan terisolasi, kini bisa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan begitu semarak. Seorang warga Negara Indonesia, Muhammad Aji Surya dalam tulisannya kepada Republika mengunkap  jumlah pemeluk Islam di Rusia demikian banyak. Karena itu, prediksi umat Islam akan menjadi mayoritas di Rusia, tampaknya bukan suatu hal yang mustahil.

Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk islam dalam merencanakan keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia.

Pakar Asia Tengah, Muhammad Salamah, dalam sebuah seminar tentang Islam di Rusia mengatakan, puluhan pengkaji akademisi di Rusia telah menyimpulkan, berdasarkan perkembangan yang terlihat dari negara-negara Muslim pecahan Uni Soviet ini, maka pada tahun 2050 nanti negara Rusia diprediksikan akan menjadi bagian dari negara Islam.

Salamah kemudian menambahkan, sejak 20 tahun lalu dirinya terus mengamati perkembangan Islam di Rusia. Semenjak Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama kedua di negeri itu.

Salamah juga mengatakan penyebaraan Islam di Rusia berjalan damai. Bahkan dirinya telah mendirikan sebuah Universitas Islam di Moskow, dan mengajarkan tentang apa itu agama Islam, termasuk kepada para politisi senior negeri itu, di antaranya adalah Vladimar Putin, Perdana Menteri Rusia.

 MUSLIM RUSIA AKAN MENJADI MAYORITAS

isu Islam akan menjadi mayoritas sering terdengar sayup-sayup di tengah-tengah perbincangan berbagai kelompok masyarakat. Hal ini dikait-kaitkan dengan fakta rendahnya kelahiran di kalangan masyarakat suku Rusia, yang umumnya beragama Kristen Ortodoks dan merupakan penduduk mayoritas. Di Rusia, penduduk Muslim hanya berjumlah sekitar 25 juta atau pada kisaran 20 persen dari penduduk keseluruhan.

Suatu ketika, seorang teman membisikkan ke telinga saya dengan mengatakan bahwa 50 tahun ke depan akan menjadi historical moment yang sangat menentukan perimbangan baru penduduk di Rusia. Meskipun terus terjadi peningkatan life expectancy sebagai dampak perbaikan tingkat kesehatan masyarakat, terdapat desas-desus telah terjadi penurunan jumlah penduduk Rusia secara keseluruhan nyaris satu juta orang per tahun. Bila kecenderungan ini terus berlanjut, terdapat kemungkinan bahwa jumlah warga Rusia di masa-masa mendatang tidak mengalami kenaikan, tetapi berkurang secara signifikan.

Saya selalu mengamati dari waktu ke waktu tentang rendahnya kelahiran khususnya di kota besar Moskow. Sangatlah jarang, saya mendapatkan kabar bahwa seorang teman telah melahirkan seorang jabang bayi. Yang umumnya saya lihat hanyalah mereka masih berpacaran, berkeluarga tanpa momongan, atau punya satu anak, dan itu pun sudah lahir sebelum saya datang.

Uniknya, bagi mereka yang sudah menikah, punya satu anak saja sudah merasa cukup. Maklum, dalam lima tahun terakhir, kota-kota besar di Rusia terus mengalami tingkat kemahalan biaya hidup yang luar biasa, plus kebutuhan yang semakin kompleks. Moskow misalnya, tahun 2008 dibaptis oleh sebuah lembaga rating internasional sebagai kota termahal di dunia melebihi London dan New York. Untuk menginap di hotel sedang di ibukota Rusia itu, kita harus merogoh saku minimal 200 dolar per malam. Ada juga beberapa gosip yang menyebutkan bahwa wanita Rusia menginginkan keturunan, tetapi tidak berharap memiliki suami yang tetap. Lagi-lagi menurut kawan saya, hal ini utamanya karena mereka ingin memiliki anak yang dapat mengurusi dirinya saat ia menjadi tua.

Komunitas Muslim Di sisi lain, terdengar berita bahwa rata-rata keluarga Muslim di Rusia memiliki anak yang banyak. Adalah, tidak aneh bila di kantongkantong Islam tertentu, satu keluarga dapat memiliki sampai empat anak. Ini tentu sangat terkait dengan keyakinan agamanya serta sikap optimis dalam mengarungi kehidupan. "Kami sangat yakin bahwa anak-anak kami akan dapat hidup dengan baik bila mau berusaha keras dan pantang menyerah," kata seorang kawan dari Kazan dengan muka serius.

Untuk memberikan gambaran bagaimana umat Islam di Rusia semakin banyak jumlahnya, tengoklah cerita seorang lawyer Muslim kota Moskow di akhir musim dingin ini. Menurutnya, umat Islam di ibukota Rusia makin hari makin banyak dan kini diperkirakan lebih dari dua juta orang jumlahnya.

Pada shalat hari raya Idul Fitri di sebuah masjid raya kota Moskow, masjid Prospek Mira misalnya, jamaahnya meluber sampai dekat stasiun metro yang bila jalan kaki dari masjid memerlukan waktu 10 menit. "Shalat saat itu, sudah seperti di Makkah ketika musim haji. Di jalan dan trotoar. Penuh sesak dan a6al dapat tempat," kenangnya.

Bisa jadi hal-hal itulah yang menyebabkan banyak ahli demografi Barat memprediksi bahwa penduduk Rusia secara umum akan turun sepertiganya dalam kurun waktu setengah abad ke depan. Namun, minoritas Muslim jumlahnya terus bertambah dan diperkirakan akan menjadi mayoritas dalam waktu yang tidak lama.

Beberapa laporan riset yang dilakukan oleh Graeme Smith dan diterbitkan oleh The Globe and Mail di Toronto menguatkan prediksi itu. Dalam observasinya di Provinsi Ulyanivsk Oblast misalnya, terdapat kecenderungan penurunan jumlah penduduk secara keseluruhan, tapi jumlah penduduk Muslim, khususnya yang berasal dari Tatar mengalami lonjakan jumlah mencapai 12 persen.

Bahkan, pengamat asal Amerika bernama Paul Globe memperkirakan bahwa Rusia akan menjadi negara berpenduduk mayoritas Muslim mengingat sejauh ini populasinya telah meningkat sebanyak 40 persen dimana 2,5 juta hingga 3,5 juta di antaranya berada di ibukota Moskow.

Bedanya dengan di negara-negara Barat pada umumnya, Muslim di Rusia adalah penduduk asli, bukan kaum pendatang (imigran). Islam telah datang dan menyebar di Rusia sejak lama dan berkembang di wilayah Volga Tengah pada abad ke-16 yang disiarkan oleh kaum Tatar dan Turki.

Kemudian pada abad 18 dan 19, Rusia menaklukkan wilayah-wilayah di bagian selatan yang berpenduduk Muslim dan dijadikan bagian dari negaranya. Daerah itu dikenal dengan nama seperti Dagestan, Chechnya, dan Kaukasus Utara.

Dengan mengambil gambaran pada beberapa tahun terakhir, maka dapat dipastikan akan ada perubahan demografi di Rusia. Mungkin yang akan terjadi, umat Islam akan menjadi jauh lebih banyak dari yang ada saat ini sehingga terjadi perimbangan jumlah dengan kelompok mayoritas sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar